PT Spice Island Maluku Perkuat Riset Pisang Abaka Bersama Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.
Pulau Seram, Kabupaten Seram Bagian Barat – PT Spice Island Maluku (PT SIM) tengah mengembangkan inovasi pada produksi serat abaka melalui riset intensif di kebun percobaan mereka. Dalam wawancara dengan Ir. Eko Ansari, Pimpinan Operasional PT SIM, terungkap upaya perusahaan dalam menguji hubungan antara kualitas bibit pisang abaka dengan produksi serat.
“Kami mengamati bahwa pisang abaka merah pada kondisi tanah yang baik menghasilkan serat terbaik dibandingkan varietas hijau. Namun, untuk memastikan validitas data ini, kami menguji sampel tanah dengan alat seperti pH meter dan Electronic Concentration Tanah. Kami juga bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (UNPATTI) untuk analisis lebih mendalam di laboratorium,” jelas Eko Ansari.
Langkah ini mendapat dukungan dari tim ahli, termasuk konsultan agronomi asal Inggris, Mike Robert Jones dan Sharon Elizabeth. Mereka berharap pengujian di laboratorium UNPATTI dapat memberikan hasil akurat yang mendukung perbaikan metode budidaya pisang abaka.
Senior Assistant Nursery dan Research Development PT SIM, Naceh Etahitu, yang juga alumni Fakultas Pertanian UNPATTI, memandang kerja sama ini sebagai peluang besar. “Mengirimkan sampel ke laboratorium universitas adalah langkah strategis. Saya juga sangat kagum dengan fasilitas dan keahlian dosen di UNPATTI. Harapannya, mahasiswa lebih giat belajar agar siap menghadapi tantangan di lapangan,” ujarnya.
Naceh menambahkan, penting bagi mahasiswa untuk menguasai berbagai bidang selain jurusan utama. “Dalam pekerjaan, kita tidak hanya berfokus pada satu bidang, melainkan harus memahami banyak aspek seperti hama, tanah, dan agronomi,” tambahnya.
Kegiatan ini juga didampingi oleh Ketua Jurusan Budidaya Pertanian, Para Profesor dan Ahli dibidangnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik UNPATTI, Dr. Ir. E. Jambormias, M.Si, menyoroti pentingnya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk meningkatkan kolaborasi antara universitas dan industri. Namun, ia juga menekankan perlunya kedisiplinan mahasiswa dalam menjalani program ini.
“Disiplin adalah kunci. Setelah evaluasi, kami akan kembali mengirim mahasiswa pada semester depan. Program ini diharapkan menjadi jalan rekrutmen efektif, di mana mahasiswa dapat langsung bekerja setelah magang,” ujar Dr. Jambormias.
Ia juga berharap laboratorium UNPATTI dapat terus berkembang, termasuk untuk pengembangan kultur jaringan. “Saat ini, bibit kultur jaringan masih didatangkan dari Medan. Dengan fasilitas mandiri, kita dapat mengurangi ketergantungan dan meningkatkan efisiensi produksi bibit,” tambahnya.
Kerja sama ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat besar bagi pengembangan pisang abaka di Maluku, tetapi juga meningkatkan kompetensi mahasiswa dan mendukung kemitraan strategis antara dunia akademik dan industri.