Ambon, 6 Mei 2025 – Upaya pemberantasan rabies di Kota Ambon dan wilayah sekitarnya semakin menunjukkan keseriusan. Berbagai instansi lintas sektor, mulai dari Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dinas Pertanian Kota Ambon, UPTD Balai Perbibitan Ternak, Laboratorium Kesehatan Hewan, Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, IKAPATI CABANG FAKULTAS PERTANIAN UNPATTI, bersinergi dalam sebuah kegiatan terpadu untuk pengendalian dan pencegahan rabies yang kian mengkhawatirkan.

Kegiatan ini berlangsung mulai pada 7-9 mei 2025 pada Kantor Laboratorium Peternakan Passo Ambon, yang dihadiri oleh para undangan dan mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Pertanaian Universitas Pattimura yang direkrut lewat DPC IKAPATI FAKULTAS PERTANIAN UNPATTI. Adapun rangkayan Kegiatan yaitu Hari Pertama “Pembinaan Laboratorium” Hari ke dua dan tiga “Pendampingan Vaksinasi Rabies”.

Keterlibatan DPC IKAPATI FAKULTAS PERTANIAN UNPATTI menunjukkan komitmen sosialnya melalui aksi nyata dalam mendukung upaya pemberantasan rabies di Provinsi Maluku, juga merupakan bentuk tanggung jawab moral alumni terhadap permasalahan kesehatan masyarakat dan hewan yang semakin mendesak. Peran Alumni juga dilakukan melalui edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya rabies, pentingnya vaksinasi hewan peliharaan, serta pencegahan penularan virus melalui pendekatan berbasis komunitas.

Rifai Bennu Nur, S.Pt, M.Si, perwakilan dari Dinas Pertanian Provinsi Maluku, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menyelaraskan penanganan rabies antara instansi pusat dan daerah. “Kami ingin menyamakan persepsi dan teknis, mulai dari rantai dingin vaksin, metode penyuntikan, hingga pembinaan tenaga medis veteriner. Kolaborasi ini hadir agar Kota Ambon bisa benar-benar bebas rabies pada tahun 2029,” ujarnya dalam wawancara.

Kegiatan ini dirancang secara cepat sebagai respons terhadap lonjakan kasus rabies sejak awal tahun. Empat dokter hewan dari BBVet Maros turut dikerahkan ke Ambon untuk memperkuat lini teknis dan pembinaan. Tak hanya itu, keterlibatan mahasiswa peternakan juga diharapkan dapat memperkuat kapasitas lokal dalam jangka panjang.

Sementara itu, Drh. Hamdu Hamjaya dari Laboratorium Kesehatan Hewan melaporkan bahwa sejak Januari hingga April, hampir 100 sampel masuk untuk pengujian, dengan sekitar 20% di antaranya terkonfirmasi positif rabies.

Kota Ambon tercatat sebagai daerah dengan jumlah kasus tertinggi. Ia menegaskan pentingnya edukasi kepada masyarakat agar tidak membebaskan hewan peliharaan sembarangan dan tetap menjalankan vaksinasi secara rutin.

Drh. Faradila dari BBVet Maros menambahkan, “Kami hadir tidak hanya untuk vaksinasi, tapi juga pembinaan laboratorium dalam pengujian rabies dan brucellosis. Kegiatan ini bagian dari upaya pencegahan agar tidak ada lagi korban jiwa akibat gigitan hewan pembawa rabies (HPR).”

Kegiatan ini juga mencatat distribusi sekitar 2.000 dosis vaksin rabies, yang kini telah digunakan oleh Dinas Kota Ambon untuk vaksinasi hewan-hewan berisiko tinggi. Namun demikian, vaksin untuk manusia masih menjadi tantangan tersendiri karena keterbatasan pasokan.

Para pemangku kepentingan berharap kegiatan ini bisa dilanjutkan secara berkelanjutan selama tiga tahun ke depan, sebagai pijakan kuat untuk menjadikan Ambon kota bebas rabies. “Kuncinya adalah kolaborasi aktif antara dinas provinsi, kabupaten/kota, laboratorium, Akademisi dan masyarakat,” tegas Drh. Faradila.

Langkah nyata sudah dimulai. Kini, keberlanjutan dan sinergi menjadi harapan utama demi menjamin keamanan masyarakat dari ancaman rabies.