Seminar Nasional di Universitas Pattimura : Pemuda Berperan Hadapi Krisis Iklim Global

Rabu, 11 Desember 2024 – Seminar nasional bertema “Alarm Krisis Iklim dan Dialog Kaum Muda” sukses diselenggarakan di Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Roadshow Kampus Green Leadership Indonesia (GLI) yang diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia dengan dukungan sejumlah lembaga, termasuk Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dalam diskusi seminar, berbagai pembicara menyampaikan pentingnya meningkatkan kesadaran terhadap krisis iklim yang kini menjadi tantangan global. Data dari Institut Hijau Indonesia menunjukkan, 51% responden muda menaruh perhatian utama pada isu lingkungan, menandakan pentingnya pelibatan generasi muda dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Kegiatan ini bukan hanya ajang diskusi, tetapi juga upaya konkret untuk membangun karakter pemuda yang kritis dan solutif terhadap isu lingkungan,” jelas Chalid Muhammad, Ketua Institut Hijau Indonesia dalam pembukaan seminar.

Beragam topik menarik dibahas oleh para pembicara. Dr. Qurnia Indah Permata Sari, alumni GLI Batch 1, menekankan urgensi partisipasi aktif generasi muda dalam mitigasi dan adaptasi iklim, termasuk potensi perdagangan karbon dari perspektif mereka. Dr. Fransina S. Latumahina, S.Hut, MP, IPU, ASEAN ENg  menguraikan peran masyarakat Maluku dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis kearifan lokal, dan Dr. Jusmy Dolvis Putuhena, S.Hut., M.Si. Menjelaskan tentang Peran Akademis Dalam Mitigasi Dan Adaptasi Ditengah Krisis Iklim, sementara Gadri Ramadhan Attamimi dari Yayasan EcoNusa menyoroti keberlanjutan sumber daya alam warisan leluhur Maluku.

Di sela acara, Wakil Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Leunard Onisivorus Kakisina. M.Si, menyatakan, “Seminar ini sangat relevan dan perlu diperluas cakupannya agar menyentuh lebih banyak masyarakat, terutama generasi muda. Kesadaran seperti ini akan menjadi kunci dalam menjaga bumi kita dari kerusakan.”

Selain sesi seminar, acara dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD), di mana para peserta secara kelompok merancang solusi inovatif untuk mengatasi persoalan krisis iklim. Metode ini bertujuan tidak hanya memberi ruang kepada peserta untuk menyuarakan gagasan, tetapi juga membangun konektivitas dan rasa saling memiliki dalam upaya pelestarian lingkungan.

Dalam closing statement, disampaikan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Institut Hijau Indonesia berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum untuk mencetak lebih banyak pemimpin muda yang berpihak pada keadilan sosial dan ekologis.

Dengan antusiasme yang tinggi dari peserta dan narasumber, acara ini meneguhkan optimisme bahwa generasi muda mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup. 🌱